Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Paradoks Kecanduan | Dedi Ir

Paradoks Kecanduan | Dedi Ir
Pikiran ku pun menjenguk diriku, menari-nari
Bagai kunang-kunang di malam sepi.
Ribuan kata berterbangan, tak berhenti.
Puluhan tanda baca mengikuti, menggoda hati.

Seakan menari mengikuti irama kehidupan.
Huruf-huruf berlompatan, membentuk makna.
Seakan akan mengajak bercanda.
kita terbuai kehidupan.

Selamat siang para pecandu, bangunlah !!!
Pecandu kata, tersihir oleh bahasa.
Pecandu nada, terhanyut dalam melodi.
Pecandu sosial media, terperangkap di dunia maya.
Pecandu cinta, terjerat dalam romansa.

Wahai engkau, pembaca yang terpaku.
Lihatlah bagaimana kata-kata menjeratmu.
Dalam pusaran pikiran yang tak bertepi.
Mencari makna di antara baris-baris puisi.

Tanda baca menari, koma dan titik berlari.
Membentuk ritme kehidupan yang tak henti.
Huruf-huruf berdansa, membentuk frasa.
Mengajakmu bercanda, dalam paradoks makna.

Kau pecandu kata, tersihir oleh sajak.
Pecandu nada, terhipnotis melodi abstrak.
Pecandu media sosial, terperangkap layar datar.
Pecandu cinta, terjerat dalam ilusi mekar.

Bangunlah, wahai jiwa yang terlelap.
Dalam buaian kata dan nada yang menghipnotis.
Lihatlah dunia nyata yang kian menghilang.
Di balik tirai maya yang kian menebal.

Pikiran terus menjenguk, mengajakku menari.
Dalam tarian kata yang tak kunjung usai.
Tapi ingatlah, di balik semua kecanduan ini.
Ada kehidupan nyata yang menanti untuk dirayakan.

Maka bangkitlah, lepaskan belenggu maya.
Raih kembali esensi hidup yang sejati.
Biarkan kata menjadi jembatan, bukan penjara.
Dan cinta menjadi pelita, bukan belenggu abadi.

Mojokerto  31 Agustus 2024

keyword serupa:
Pikiran
Menjenguk
Kata
Tanda Baca
Irama
Bercanda
Pecandu
Nada
Sosial Media
Cinta
Pergulatan batin dengan pikiran
Kata-kata sebagai intensitas hidup
Ritme kehidupan modern
Ironi kecanduan dalam berbagai bentuk
Puisi
sajak
literasi